jpnn.com, JAKARTA - Para Ibu yang memilih bayi prematur harus waspada terhadap bahaya Respiratory Syncytial Virus (RSV). Dengan sistem kekebalan dan paru-paru belum sempurna, pencegahan dini perlu dilakukan untuk mendukung tumbuh kembang dan kualitas hidup jangka panjang mereka.
Setiap tahun, lebih dari 675 ribu bayi lahir prematur di Indonesia, menempatkan Indonesia pada peringkat ke-5 di dunia dengan jumlah kelahiran prematur tertinggi. Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu ini memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna.
“Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi karena paru-parunya belum berkembang sempurna," kata Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A, Subsp. Neo., Dokter Spesialis Anak Subspesialis Neonatologi dalam sesi edukasi memperingati Hari Prematur Sedunia dan Hari Pneumonia Sedunia besutan AstraZeneca Indonesia di Jakarta, Kamis (20/11).
Prof. Rinawati menambahkan, dibandingkan bayi cukup bulan, mereka (bayi prematur) memiliki kemungkinan dua hingga tiga kali lebih besar untuk dirawat di rumah sakit akibat infeksi RSV pada tahun pertama kehidupannya. Infeksi ini sering kali berkembang dengan cepat dan dapat memerlukan perawatan yang lebih lama serta intensif.
RSV menjadi virus penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah dengan kontribusi sekitar 60–80% pada bronkiolitis dan 30% pneumonia pada bayi dan anak-anak di dunia. Gejala awal RSV seringkali disalahartikan sebagai flu biasa karena gejalanya yang serupa, seperti pilek, bersin, dan batuk ringan.
Padahal, infeksi RSV dapat berkembang cepat menjadi gangguan pernapasan berat dan bahkan meninggalkan dampak jangka panjang termasuk peningkatan risiko asma, wheezing (mengi) kronis, serta penurunan fungsi paru di kemudian hari.
"Pada tahap awal, infeksi RSV biasanya menyerupai flu biasa dengan pilek (rhinorrhea), bersin, dan hidung tersumbat, tetapi pada bayi dengan risiko tinggi, termasuk bayi prematur, gejala dapat dengan cepat berkembang menjadi gangguan pernapasan serius," beber Prof. Rinawati.
Prof. dr Cissy Rachiana Sudjana Prawira, Sp.A(K), MSc, Ph.D., dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi Anak menambahkan, RSV sering kali belum menjadi perhatian utama bagi orang tua, padahal virus ini dapat berdampak signifikan pada kesehatan pernapasan anak. Studi di Indonesia menunjukkan RSV termasuk dalam dua virus yang paling umum ditemukan pada anak dengan kelompok usia yang sama mengidentifikasi RSV sebagai salah satu patogen utama penyebab pneumonia pada anak.






































