jpnn.com - Indonesia, negara maritim terbesar di dunia dengan 17.504 pulau, menghadapi ironi yang menyakitkan.
Meski dikelilingi lautan dan memiliki 250 galangan kapal aktif, namun Indenesia masih bergantung pada impor untuk 70 persen komponen kapal.
Setiap tahun, devisa senilai 1,8-2,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) mengalir keluar hanya untuk membeli mesin kapal, sistem navigasi, dan material maritim dari luar negeri.
Padahal, dengan pendekatan yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi pemain penting industri perkapalan regional.
Ketergantungan ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga kedaulatan. Bayangkan jika terjadi krisis geopolitik atau gangguan rantai pasok global seperti pandemi COVID-19.
Industri perkapalan kita akan lumpuh karena tidak bisa mendapatkan komponen vital. Armada nasional yang terdiri dari 2.335 kapal berbendera Indonesia akan kesulitan beroperasi optimal.
Ini adalah kerentanan strategis yang harus segera diatasi.
Namun, bukan berarti kita harus putus asa. Indonesia memiliki potensi yang belum dimanfaatkan optimal.






































