jpnn.com, JAKARTA - Dosen Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur (UBL) Tri Ika Jaya Kusumawati menyampaikan ikan gabus (Channa striata) merupakan komoditas air tawar dengan kandungan gizi tinggi dan nilai ekonomi potensial. Hal itu yang melatarbelakangi UBL mendorong kelompok petani ikan air tawar di Jurang Mangu, Tangerang Selatan (Tangsel) mengolah gabus untuk diversifikasi penjualan produk.
Tri menyebut pihaknya mendorong kelompk yang berdiri sejak 2021 yang terdiri dari 10 mitra petani yang tersebar di wilayah Tangerang.
"Produksi rata-rata ikan gabus ±500–600 kg/petani/bulan, harga jual kisaran antara Rp38.000–45.000/kg. Belum tersedia produk olahan beserta alat-alat yang mendukung pengolahan, ikan hanya dijual dalam keadaan ikan segar yang siap olah," kata Tri dikutip, Selasa (23/9).
Oleh karena itu, rata-rata kerugian pascapanen: ±10–15% karena kualitas visual ikan menurun atau kematian yang tidak dapat diolah apapun oleh mitra. Kondisi ini menunjukkan bahwa keterbatasan pada aspek pengolahan dan diversifikasi produk menjadi masalah utama, bukan pada produksi.
"UBL bermitra dengan bos ikan segar dalam program Pengabdian Masyarakat kali ini dalam bentuk kegiatan pelatihan diversifikasi produk olehan ikan gabus," ungkap dia.
Tri menyebut upaya teknis dalam membantu membetikan solusi peningkatan pendapatan petani melalui pengolahan produk lainnya, yang didukung oleh teknologi dan sistem pengolahan mitra dengan diluncurkannya SIPIT (Sistem Informasi Petani Ikan Air Tawar).
Kegiatan PKM ini memberikan pelatihan pengolahan produk baru seperti bakso, pempek dan tekwan dengan bahan dasar ikan gabus, selaian bergizi dan memiliki banyak manfaat juga bernilai ekonomi yang cukup tinggi. Kelompok dosen yang tergabung dari Dosen Fakultas Teknologi Informasi dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prodi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi telah membantu menyediakan alat yang dapat digunakan untuk produksi produk baru tersebut seperti mesin giling, alat filet ikan, mesin adonan dan vacum sealer.
"Dari segi manajemen dosen FEB membantu pelatihan bagaimana cara manajemen mitra petani agar bisa lebih banyak lagi yang tergabung dan bisa memproduksi hal yang sama untuk memperkuat bisnis mereka, kemitraan melalui sistem SIPIT," kata Tri.