jpnn.com - JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberhentikan Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dari jabatan Ketua Umum sejak Rabu (26/11).
Dalam surat edaran PBNU yang beredar, pemberhentian itu tercantum dalam Peraturan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Nomor 01/X/2023 tentang Pedoman Pemberhentian Pengurus, Pergantian Pengurus Antarwaktu, dan Pelimpahan Fungsi Jabatan Pada Perkumpulan Nahdlatul Ulama.
Pada Jumat (21/11), bertempat di kamar 209 Hotel Mercure Ancol, Jakarta, KH. Afifuddin Muhajir selaku Wakil Rais Aam PBNU telah menyerahkan secara langsung kepada KH. Yahya Cholil Staquf dokumen Risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU.
Dokumen iti telah ditandatangani oleh Rais Aam PBNU selaku Pimpinan Rapat.
Namun, Gus Yahya Cholil kemudian menyerahkan kembali Risalah Rapat tersebut kepada KH. Afifuddin Muhajir.
Lalu, pada Minggu (23/11), Gus Yahya telah menerima dan membaca surat Nomor 4779/PB.02/A.I.02.71/99/11/2025 tertanggal 01 Jumadal Akhirah 1447 H/22 November 2025 M perihal Penyampaian Hasil Keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU dengan Lampiran Risalah Rapat Harian Syuriyah (bukti terlampir).
“Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada butir 2 di atas, maka KH. Yahya Cholil Staquf tidak lagi berstatus sebagai Ketua Umum PBNU terhitung mulai tanggal 26 November 2025 pukul 00.45 WIB,” bunyi surat edaran tersebut.
Gus Yahya pun disebut tidak lagi memiliki wewenang dan hak untuk menggunakan atribut, fasilitas atau hal-hal yang melekat kepada jabatan Ketua Umum PBNU.






































