jpnn.com - Menurut Kitab Suci, kehidupan bermula ketika bumi dihamparkan, air diturunkan, dan biji-bijian ditumbuhkan. Menurut sains dan teori evolusi, menguatkan firman Sang Maha Pencipta, bahwa kehidupan bermula dari air. Air yang mengalir menjadi sungai yang membawa dan membuka peradaban.
Jika merujuk catatan sejarah dunia, kita menemukan fakta yang konsisten, bahwa hampir semua peradaban besar lahir dan berkembang dari tepian sungai. Mesir Kuno dengan Sungai Nil misalnya, menjadi jalur transportasi dan perdagangan utama yang mendukung ekonomi dan pembangunan, serta menjadi pusat spiritual dan budaya dalam kepercayaan mitologi Mesir.
Mesopotamia sebagai Cradle of Civilization juga tumbuh pesat karena Sungai Tigris dan Eufrat menyediakan air dan jalur transportasi. Di Tiongkok, Sungai Kuning menjadi fondasi dinasti-dinasti besar, lalu Sungai Indus di anak benua India, melahirkan kota-kota awal dengan tata kotapraja yang maju. Bahkan di Eropa, kota modern seperti London bertumpu pada Sungai Thames sebagai jalur perdagangan sekaligus pertahanan. Semua ini menegaskan bahwa sungai bukan hanya latar geografis, melainkan instrumen utama yang mengarahkan jalannya sejarah manusia.
Kisah yang sama juga terlihat jelas di Nusantara. Sungai Musi mengantarkan Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan internasional yang menghubungkan dunia Timur dan Barat. Sungai Mahakam melahirkan Kutai, kerajaan tertua yang meninggalkan prasasti-prasasti awal di tanah air. Sungai Brantas menopang pertanian dan perdagangan Majapahit, yang kejayaannya diakui hingga mancanegara. Sungai Peusangan memberi kehidupan bagi Samudra Pasai yang menjadi pusat penyebaran Islam dan perdagangan maritim.
Jejak sejarah itu berlanjut di Batavia, ketika Sungai Ciliwung dan Cisadane menjadi nadi kota pelabuhan yang kemudian tumbuh sebagai pusat pemerintahan. Di Kalimantan, Sungai Barito menghidupi masyarakat Dayak dan Banjar membentuk pola kehidupan sosial ekonomi mereka. Semua ini menunjukkan dengan gamblang bahwa sungai adalah rahim peradaban, ruang di mana masyarakat tumbuh, ekonomi bergerak, dan kebudayaan berkembang.
Sungai sejak lama menjadi bagian penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Sungai bukan hanya tentang aliran air, tetapi sistem penopang kehidupan yang membentuk ruang interaksi sosial. Di masa kecil saya di kampung halaman, Sangkulirang, Kalimantan Timur, sungai menjadi ruang kelas alam terbuka tempat belajar, bermain, sekaligus tempat menikmati percakapan bersama kawan sebaya.
Dari pengalaman kecil itu, saya memahami bahwa sungai adalah laboratorium kehidupan yang membentuk kedekatan manusia dengan alam.
Sungai adalah infrastruktur dasar alami penyedia air baku, sumber energi terbarukan, sarana transportasi, dan penyedia pangan dan protein hewani. Sayangnya, ketika kita mendengar kata “infrastruktur”, pikiran kita sering tertuju hanya pada bentuk buatan manusia, sesuatu yang terbangun, seperti jalan tol, jembatan, bandara, atau pelabuhan.