jpnn.com, JAKARTA - Hal itu disampaikan Abra saat onthly Update Edisi September 2025 dari Centre for Food, Energy, and Sustainable Development (INDEF) berjudul:
“Dinamika Pangan dan Energi: Dari Gejolak Harga Beras hingga Perbaikan Tata Kelola Impor BBM” di Jakarta, Rabu (1/10).
Dia menyebut beras masih terdampak tekanan harga pangan global dan domestik.
“Meski tren harga pangan global cenderung melemah, harga beras domestik terus meningkat hingga pertengahan tahun sebelum terkoreksi pada September,” jelas Abra.
Abra menilai sentimen publik terhadap kenaikan harga beras didominasi nada negatif, terutama terkait isu kualitas dan distribusi, sementara efektivitas intervensi SPHP Bulog masih terbatas karena jangkauan distribusi dan disparitas antarwilayah.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata harga beras di tingkat penggilingan pada September 2025 turun sebesar 0,62 persen secara bulanan (month to month/mtm) menjadi Rp 13.512 per kilogram (kg) dari bulan sebelumnya Rp13.596 per kilogam.
Namun, apabila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, rata-rata harga beras di penggilingan pada September 2025 meningkat sebesar 5,83 persen secara tahunan.
“Sebagai informasi, harga beras yang kami sampaikan merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis kualitas dan mencakup seluruh wilayah Indonesia,” kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam jumpa pers Rilis Berita Resmi Statistik di Jakarta, Rabu.