jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat berharap Hari Batik Nasional menjadi momentum untuk memperkuat upaya pelestarian dan inovasi.
Tujuannya agar warisan budaya dunia dan identitas bangsa itu tetap relevan bagi generasi penerus bangsa.
Hal itu disampaikannya dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional setiap 2 Oktober.
"Batik merupakan warisan budaya yang hidup. Setiap motif batik adalah cerita leluhur yang perlu dijaga melalui pelestarian dan inovasi agar tetap relevan bagi generasi mendatang," kata Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/10).
Menurut Lestari, tantangan untuk melestarikan batik di era globalisasi ini semakin kompleks di tengah dinamika perkembangan teknologi yang pesat.
Dia menyampaikan Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) mencatat, setidaknya 15 persen perajin batik tulis senior di sentra-sentra, seperti Lasem, Pekalongan, dan Cirebon telah pensiun tanpa adanya regenerasi yang memadai dalam lima tahun terakhir.
"Maraknya batik printing murah impor yang motifnya meniru batik tradisional menggerus pasar batik cap dan tulis asli," ungkap Rerie yang akrab disapa.
Survei Asosiasi Perajin Batik Yogyakarta (APBY) pada 2023 menunjukkan 60 persen dari sampel batik yang dijual di pasar-pasar wisata adalah batik printing non-tradisional.