jateng.jpnn.com, SEMARANG - Dalang wayang kulit KRAT Ki Gunarto Gunotalijendro menyatakan pentingnya regenerasi dalang muda untuk menjaga kelestarian seni pedalangan.
Menurutnya, teknologi justru dapat menjadi jembatan yang mendekatkan wayang kepada generasi baru.
“Usia manusia terbatas, tetapi usia wayang tidak terbatas. Mulai dari Mbah Nartosabdo, Pak Manteb Sudarsono, lalu kita sekarang, besok generasi akan terus. Anak-anak harus kita pupuk agar wayang tetap ada,” ujarnya di sela Pagelaran Hari Wayang Nasional di Universitas Negeri Semarang, Sabtu (15/11) malam.
Dalam pagelaran ini, juga ada pertunjukan dari dalang-dalang anak, di antaranya Danendra Danandjaya Djuanda dengan lakon Gathotkaca Jedhi, Hafist Yusuf Muhamad membawakan lakon Sesaji Raja Suya dan Respati Listyamoko dengan lakon Prabu Kusuma Labuh.
Ki Gunarto menyatakan menjadi dalang bukan semata-mata soal popularitas, melainkan penguasaan pakem dan nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya.
“Dadi dalang itu ora kok dadi dalang kondang, mboten (Jadi dalang itu bukan soal tenar, red). Dadi dalang menika terus nguwasani pakem (jadi dalang itu terus menguasai pedoman, red) menguasai cerita. Itu kan bisa untuk kehidupan,” kata dalang asal Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta itu.
Dia menilai kehadiran teknologi digital seperti kanal siaran langsung dan YouTube membantu generasi muda mempelajari dunia pewayangan. Dahulu calon dalang harus “nyantrik” dan mengikuti guru ke berbagai pentas, tetapi kini pembelajaran dapat diakses lebih mudah.
“Wayang pentas bisa streaming, dari Jakarta bisa nonton. Bisa diulang kapan saja. Anak muda sekarang tinggal pilih di YouTube mau belajar dari dalang siapa. Ini memudahkan,” ujarnya.



































