jpnn.com, JAKARTA - Badan siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebutkan, sebanyak 3,64 miliar serangan siber atau anomali trafik terjadi di Indonesia pada periode Januari hingga Juli 2025.
Mayoritas serangan atau sekitar 83,68 % merupakan serangan berbasis malware, sedangkan sisanya berupa unauthorized access dan eksploitasi sistem.
Jumlah serangan siber tersebut melampaui total kejahatan siber selama lima tahun terakhir. Hal ini juga makin menegaskan pentingnya keamanan data baik bagi institusi maupun perusahaan.
“Memiliki strategi ketahanan siber kuat serta didukung tata kelola data yang etis dapat menjadi pembeda antara bisnis yang kacau dengan bisnis berkelanjutan,” kata Vice President, Asia Pasifik Commvault, Martin Creighan, Rabu (10/9).
Commvault merupakan penyedia solusi ketahanan siber dan perlindungan data terkemuka untuk lingkungan hybrid cloud. Mereka secara resmi memperkuat kehadirannya di Indonesia dengan membuka kantor perwakilan baru untuk mendukung kerja sama dengan sektor publik.
"Kami berharap bisa membantu berbagai perusahaan dan lembaga pemerintahan di Indonesia meningkatkan ketahanan sibernya," tegasnya.
Dia mengatakan, banyak perusahaan makin cepat mengadopsi kecerdasan buatan (AI) dan memodernisasi platform data mereka. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam melindungi data sensitif di lingkungan yang terdistribusi.
"Organisasi publik dan swasta harus tangguh menghadapi serangan siber di era AI saat ini," ungkapnya.