jpnn.com, JAKARTA - Praktisi ketenagakerjaan Djusman Hi Umar mengingatkan pentingnya solidaritas serikat pekerja di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memperkuat posisi tawar.
Dia pun mengungkapkan solidaritas anggotanya yang terkikis menjadi ancaman senyap bagi Serikat Pekerja BUMN.
"Bayangkan sebuah tim sepak bola yang turun ke lapangan tanpa koordinasi. Setiap pemain sibuk sendiri, tidak peduli strategi, dan hanya berharap menang tanpa usaha bersama. Begitulah gambaran serikat pekerja ketika anggotanya kehilangan keselarasan dan rasa persatuan," kata Djusman dalam keterangannya, Minggu (10/8).
Djusman mengungkapkan fenomena apatisme partisan kini menjadi tantangan serius di banyak perusahaan, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Banyak karyawan merasa cukup dengan gaji dan tunjangan yang diterima, tanpa menyadari bahwa semua itu adalah hasil perjuangan kolektif yang diperjuangkan serikat selama bertahun-tahun," ungkapnya.
Dia pun menyampaikan saat rasa memiliki terhadap organisasi memudar, posisi tawar pun melemah.
Padahal, kata Djusman, keselarasan antaranggota merupakan modal dasar yang tak tergantikan.
"Dengan visi dan tujuan yang sama, serikat dapat bergerak efektif, fokus, dan mampu menghadapi tantangan dari luar. Sebaliknya, jika anggota terpecah atau pasif, perjuangan menjadi tersendat dan mudah dipatahkan," tegas Djusman mengingatkan.