jpnn.com, PEKANBARU - PDI Perjuangan menyampaikan komitmennya membangun basis politik di Riau melalui tiga pilar utama: penguatan akar budaya Melayu, penanaman keteladanan sejarah, dan perumusan cita-cita masa depan. Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto dalam Konferensi Daerah dan Konferensi Cabang serentak di Pekanbaru, Sabtu (22/11).
"Kehadiran Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) karena Bung Karno mengingatkan, Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan. Dalam jati diri kebudayaan itulah kita membangun karakter bangsa," ujar Hasto di hadapan para kader.
Hasto menekankan sumbangsih kultural Riau sangat fundamental bagi persatuan nasional. Ia menjelaskan peran sentral budaya Melayu dalam mempersatukan Indonesia melalui Sumpah Pemuda 1928.
"Meskipun pengguna Bahasa Jawa, Sunda, Batak jauh lebih besar, para pemuda visioner itu mencari suatu tradisi kebudayaan yang menjadi jembatan. Mengapa Bahasa Indonesia yang akarnya Melayu? Maka, banggalah bahasa ini sungguh-sungguh telah menyatukan kita," serunya.
Pada pilar kedua, Hasto menyampaikan keprihatinan bahwa banyak anak bangsa yang lupa sejarah. Ia mengajak kader meneladani pengorbanan sejati, dimulai dari kisah Sultan Syarif Kasim II dari Kesultanan Siak.
"Beliau mempersembahkan kedaulatannya, mahkotanya, pedangnya, dan dana sebesar 13 juta Gulden dipersembahkan bagi Republik yang baru berdiri. Beliau tidak bertanya mau jadi apa, dan akhirnya beliau lebih memilih menjadi rakyat biasa," ujar Hasto.
Ia juga menyoroti Bung Karno yang mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) di usia 26 tahun. "Seorang anak muda memekikkan dengan lantang: 'Saya mendirikan PNI untuk memerdekakan Indonesia Raya'," ucap Hasto.
Untuk menguji mental kader, Hasto membacakan surat mengharukan dari kader PNI di Ciamis yang akan digantung Belanda.





































