Di luar arena pacuan, Rayyan Arkan Dikha yang kerap disapa Dikha, sama seperti anak usia sebelas tahun pada umumnya.
Namun, di luar waktu sekolah, anak tengah dari tiga bersaudara sudah ini sering ikut ayahnya berlatih pacu jalur.
"Sudah sejak dia umur delapan atau sembilan tahun sudah suka ikut ayahnya … latihannya tiga kali seminggu," tutur Rani Ridawati, ibu Dikha, kepada ABC Indonesia.
Pacu jalur adalah lomba pacu sampan asal Kuantan Singingi (Kuansing) di Riau, kampung halaman Dikha.
Dalam bahasa daerah Kuansing, jalur berarti sampan atau perahu.
Dikha berperan sebagai anak joki atau togak luan, dari kata togak yang berarti tegak, dan luan, dari kata haluan.
Berdiri tegak di ujung perahu atau haluan, ia bertugas untuk menyemangati pendayung sekaligus isyarat bagi penonton.
Jika togak luan berdiri tegak, artinya perahunya sedang unggul atas lawannya, yang kemudian diikuti dengan gerakan tarian.