jpnn.com - KEMARIN, pukul 04.30 saya sudah bangun. Saya ada janji ke satu tempat sedikit di luar kota Wamena. Memang janjinya masih jam enam pagi, tetapi saya harus berolahraga dulu. Harus satu jam.
Maka, saya lakukan senam SDI (senam Dahlan Iskan) di kamar –pakai musik dari HP. Jendela kaca saya buka sedikit agar udara sejuk dari luar bisa masuk kamar.
Desain kantor gubernur Papua Pegunungan seperti Capitol di Amerika Serikat.-Dok.-
Wamena hujan sepanjang malam. Tidak ada kemarau atau musim hujan di sana. Cuaca bisa berubah tiba-tiba. Tidak pula ada musim panas. Tuhan memasang AC siang malam untuk siapa saja tanpa pandang miskin dan kaya.
Di tengah senam, fajar mulai menyingsing. Pepohonan mulai kelihatan basahnya. Hujan sudah reda. Semua tepat waktu. Selesai mandi jemputan sudah datang. Ruang sarapan belum lagi dibuka.
Di perjalanan, setelah meninggalkan kota, saya baca papan nama: Koperasi Merah Putih.
"Nanti, baliknya, kita berhenti di situ. Ingin tahu koperasi itu," kata saya kepada sahabat Disway yang mengemudikan Avanza.
Wamena ini indah sekali. Di pagi hari, indahnya bertambah-tambah. Sungai-sungainya dialiri air deras. Suara airnya bergemuruh. Air dan batu seperti saling berlompatan sambil berbisik keras.

.jpeg)




































