jpnn.com, JAKARTA - Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Yogen Sogen mengecam keras pernyataan Ketua Harian Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ahmad Ali yang menuduh PDIP tidak memberikan penghargaan yang layak kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sogen menegaskan tuduhan yang dilemparkan PSI adalah narasi menyesatkan, dangkal, dan sarat motif politik murahan yang hanya bertujuan mencari popularitas di tengah keretakan hubungan antara Jokowi dan PDIP.
Sogen menekankan klaim Ahmad Ali mengenai karier politik Jokowi sepenuhnya karena dukungan rakyat dan bukan karena PDIP adalah bentuk dekonstruksi sejarah yang tidak bertanggung jawab.
“Sejak menjabat Wali Kota Solo pada tahun 2005 hingga dua periode Presiden, Jokowi tidak dapat dipisahkan dari peran PDIP. PDIP adalah yang membuka pintu politik, memberikan mesin, logistik, dan legitimasi yang memuluskan jalan Jokowi menuju Istana. Tuduhan tidak menghargai Jokowi makin lemah ketika melihat perlakuan PDIP terhadap keluarga intinya, termasuk pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wali Kota Solo," ujar Yogen, Senin (24/11/2025)
Selain itu, lanjutnya, mengatakan PDIP tidak menghargai Jokowi sama saja dengan menafikan investasi politik, sumber daya, dan sejarah yang telah diletakkan PDIP selama hampir dua dekade.
Lebih lanjut, Sogen menyatakan pernyataan Ahmad Ali yang menuduh PDIP menjadikan Jokowi sebagai "alat politik" sengaja mengabaikan prinsip fundamental PDIP, yaitu ketaatan terhadap konstitusi.
"Kita tahu bersama, bahwa keretakan hubungan itu mencapai puncaknya bukan karena masalah penghargaan personal, melainkan karena perbedaan pandangan mendasar terkait isu tiga periode dan perpanjangan masa jabatan presiden," ujar Sogen.
Ketika wacana tersebut mencuat, PDIP mengambil sikap tegas menolak mentah-mentah, menempatkan konstitusi dan demokrasi di atas kepentingan politik pragmatis personal.




































