jpnn.com - Ahli strategi kecerdasan buatan (AI) Gusti Aju Dewi menilai penjarahan hingga perusakan fasilitas publik di berbagai kota, termasuk menyasar rumah pejabat dalam kerusuhan akhir Agustus 2025, terjadi lantaran ada kelompok tertentu yang menunggangi.
Dia mengaku sudah mengamati gelombang aksi massa sejak peristiwa demo terhadap Bupati Pati Sudewo terkait kenaikan pajak bumi dan bangunan (PBB).
 Sejumlah massa tidak dikenal mendatangi rumah Anggota DPR Surya Utama atau Uya Kuya di Pondok Bambu, Jakarta Timur, Minggu (31/8/2025). (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/foc/am.)
Sejumlah massa tidak dikenal mendatangi rumah Anggota DPR Surya Utama atau Uya Kuya di Pondok Bambu, Jakarta Timur, Minggu (31/8/2025). (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/foc/am.)
Menurut dia, awalnya gerakan ini terlihat murni gerakan rakyat. Namun, secara perlahan terjadi perubahan pola, seperti ada pihak yang mengendalikan di balik layar.
"Di titik itu saya sadar, ini bukan lagi gerakan spontan rakyat, tetapi sudah ada yang mengatur, membingkai, dan menunggangi," kata Gusti Aju saat dihubungi, Jumat (31/10).
Gus Aju menuturkan bahwa penjarahan yang terjadi karena opini publik digiring melalui disinformasi dan emosi sosial. Hal itu membuat logika publik menjadi kacau, sehingga masyarakat mudah dibenturkan hingga berujung kerusuhan.
Menurut dia, peristiwa yang terjadi berbeda dengan perang fisik yang menumpahkan darah. Sebab, perang ini menyerang pikiran dan persepsi manusia, serta mengubah cara publik memaknai realitas.
"Musuhnya tidak kelihatan, tetapi dampaknya nyata. Rakyat diadu, dibakar emosinya, dijadikan pion dalam permainan besar," tuturnya.


 
 






































