jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Eko Listiyanto memprediksi harga minyak dunia bakal naik jika perang Iran melawan Zionis Israel berlarut-larut.
Sebab, kondisi ini akan membuat negara-negara lain tidak nyaman dan akan mengubah situasi secara global.
“Jika perang ini berlarut-larut tentu tren harga minyak dunia akan naik, karena sekitar 20 persen konsumsi minyak global didistribusikan melalui Selat Hormuz. Bagi perdagangan global akan semakin menyulitkan distribusi barang dan harga akan naik, inflasi global bisa meningkat," kata Eko Listiyanto, di Jakarta, Selasa (24/6).
Menurut Eko, perang ini juga bakal berdampak terhadap Indonesia, ini ancaman bagi risiko subsidi bahan bakar minyak (BBM) di Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Namun, per Jumat (20/6), risiko masih terkendali mengingat asumsi makro harga minyak di APBN sebesar 82 dolar AS per barel, sedangkan harga global masih sekitar 77 dolar AS per barel.
“Kalau berkepanjangan, konflik ini bisa mengerek harga minyak, harga energi lainnya ikut naik, ujungnya ke daya dukung APBN untuk perekonomian, khususnya subsidi energi,” ujar dia lagi.
Menurut Eko, langkah mitigasi yang dapat dilakukan Pemerintah Indonesia ialah meningkatkan efektivitas anggaran untuk memperbaiki daya beli.
“Dengan itu, setidaknya dari sisi domestik masih ada permintaan yang besar, ekonomi bisa bertahan,” ujar ekonom Indef tersebut.