Sarwo Edhie Merasa Ragu di Markas Kostrad, RPKAD Sudah Kuasai RRI tetapi Pidato G30S Masih Mengudara

2 hours ago 14

Sarwo Edhie Merasa Ragu di Markas Kostrad, RPKAD Sudah Kuasai RRI tetapi Pidato G30S Masih Mengudara

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Tiga patung yang menggambarkan sosok Mayjen Soeharto (berdiri mengacungkan jari), Kolonel Sarwo Edhie Wibowo (berbaret merah), dan Jenderal AH Nasution (duduk) yang menghiasi diorama Peristiwa G30S/PKI di Museum Dharma Bhakti Kostrad. Foto: YouTube/KompasTV

jpnn.com - Studio pusat Radio Republik Indonesia (RRI) di Jalan Medan Merdeka Barat merupakan salah satu lokasi penting dalam peristiwa Gerakan 30 September (Gestapu) pada 1965. Dalam peristiwa yang kemudian dikenal dengan sebutan G30S -belakangan menjadi G30S/PKI- itu, RRI menjadi corong penting bagi kubu penculik enam jenderal TNI maupun pihak Jenderal Soeharto.

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung Syamsuri mengerahkan pasukan Tjakrabirawa untuk menculik Letjen A Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat), Mayjen Soeprapto (Deputi II Panglima Angkatan Darat), Mayjen MT Haryono (Deputi III Menteri Panglima Angkatan Darat), Mayjen S Parman (Asisten I Panglima Angkatan Darat), Brigjen Donald Izacus Pandjaitan (Asisten IV Panglima Angkatan Darat), dan Brigjen Soetoyo Siswomihardjo (Oditur Jenderal Angkatan Darat). Saat itu, Untung merupakan komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Cakrabirawa (Pasukan Pengawal Presiden).

Tiga jenderal, yakni Ahmad Yani, MT Haryono, dan DI Pandjaitan gugur di rumah masing-masing karena diberondong peluru oleh anak buah Untung. Adapun tiga jenderal lainnya dibawa hidup-hidup.

Sejatinya Jenderal A.H. Nasution juga masuk dalam daftar culik. Namun, Pak Nas -panggilan kondangnya- yang saat itu menjabat menteri pertahanan dan keamanan berhasil lolos meski ajudannya ikut diculik dan gugur.

Selanjutnya, para perwira TNI AD itu -baik yang masih hidup maupun sudah meninggal- dibawa ke perkebunan di kawasan Lubang Buaya di sekitar Lanud Halim Perdanakusuma. Mereka dibunuh, lalu dimasukkan ke dalam sumur.

Dengan mengerahkan pasukan berkekuatan satu divisi yang terdiri atas tentara reguler dan ormas komunis untuk menguasai Jakarta Raya, G30S langsung menduduki RRI dan Kantor Besar Telekomunikasi sebagai instalasi strategis.

Pasukan yang menggunakan sandi Divisi Ampera itu dipimpin oleh Kolonel A. Latief selaku Komandan Brigif I/Jaya Sakti Kodam V Jakarta Raya. Selanjutnya, Kolonel Latief menugaskan Kepala Seksi 1/Intelijen Brigif I/ Jaya Sakti Kapten Suradi yang memimpin Pasukan Bima Sakti untuk menguasai RRI dan Kantor Besar Telekomunikasi.

Setelah mengomando penculikan para jenderal AD dan menguasai RRI, Letkol Untung mengeluarkan maklumat melalui siaran radio pada pukul 07.15 WIB. Maklumat itu berupa Dekrit No 1 Dewan Revolusi.

Dalam siaran itu, Untung mengumumkan mengenai dirinya menjadi pemegang komando G30S. Perwira menengah itu memiliki wakil komandan dari empat angkatan, yakni Brigjen Soepardjo, Kolonel Laut Sunardi, Letkol Udara Heru Atmodjo, dan Ajun Komisaris Besar Polisi Anwas.

Karena Menpangad Letjen Yani diculik oleh G30S, Mayjen Soeharto pun menyatakan diri sebagai pemegang komando TNI AD. Sebagai pengendali TNI AD.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |