jpnn.com, JAKARTA - Aksi demonstrasi besar-besaran yang diklaim bakal diikuti 50 ribu pengemudi ojek online (ojol) di Jakarta pada Senin (21/7), nyatanya berlangsung sepi. Pantauan di kawasan Medan Merdeka Selatan, lokasi utama aksi, hanya tampak puluhan massa yang hadir.
Aksi bertajuk “Kebangkitan Jilid II Transportasi Online Nasional 217” semula disebut akan menggerakkan gelombang pengemudi online untuk mengepung Istana Presiden dan melumpuhkan aplikasi secara massal.
Namun situasi di lapangan menunjukkan kondisi berbeda: arus lalu lintas lancar dan tidak tampak konsentrasi massa dalam jumlah besar.
Sebelumnya, juga ada demo Aksi 177 yang diinisiasi oleh Komunitas URC Bergerak. Tuntutannya justru berbeda dari yang diklaim Garda sebagai suara ojol Indonesia.
Achsanul Solihin selaku Jenderal Lapangan URC yang dikenal dengan nama Bang Batman mengatakan skema potongan 20 persen sudah berjalan bertahun-tahun dan diterima oleh sebagian besar pengemudi.
Menurutnya, mendorong pemotongan menjadi 10 persen secara sepihak justru akan merugikan semua pihak, termasuk pengemudi sendiri.
"Ojol dan aplikator harus sama-sama hidup, karena kami saling membutuhkan. Apabila aturan membunuh aplikator, sama saja membunuh ojol," ujar dia.
URC juga menyatakan penolakan terhadap narasi yang ingin menjadikan pengemudi ojol sebagai buruh. Menurut mereka, identitas sebagai mitra mandiri harus dipertahankan karena menjamin kebebasan waktu dan ritme kerja.