jpnn.com, JAKARTA - Suara ombak di Pantai Greenthing, Desa Randutatah, Probolinggo, berpadu dengan lantunan musik tradisional dan hentakan kaki para penari muda.
Di bawah langit sore, mereka menari dengan penuh semangat — menuturkan kisah sederhana masyarakat pesisir: mencari kerang, atau “Rangkarang.”
Festival Tari Rangkarang, yang digelar akhir pekan lalu (18/10), bukan sekadar lomba tari.
Acara hasil kolaborasi PT. Paiton Energy dan PT. Paiton Operation & Maintenance Indonesia (POMI) bersama Pemerintah Kabupaten Probolinggo itu adalah bentuk cinta terhadap budaya lokal sekaligus ajakan menjaga laut — sumber kehidupan masyarakat pesisir.
Tari Rangkarang sendiri lahir dari tangan kreatif Ustadz Saifullah, warga asli Randutatah.
Tarian merupakan perpaduan unik budaya Jawa, Madura, dan Islam — dikenal juga sebagai budaya Pandhalungan.
Dulu, tarian itu kerap ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan sebagai simbol rasa syukur atas hasil laut yang melimpah. Kini, semangat itu dihidupkan kembali.
“Kami percaya pelestarian budaya harus berjalan beriringan dengan pembangunan sosial ekonomi masyarakat,” ungkap Head of External Relations PT. Paiton Energy Bambang Jiwantoro, melalui keterangannya, Rabu (22/10).