jpnn.com - Setiap menulis saya selalu berpikir: siapa yang akan membacanya.
Tulisan tentang Suriah yang berseri misalnya, pasti tidak disukai yang menunggu tulisan tentang Purbaya. Sebaliknya, tulisan tentang ICOR dan PDB per kapita tidak disukai yang suka gosip.
Maka saya bisa menerima dengan lapang ketika seorang perusuh berkomentar "artikel hari ini tidak bermutu". Seperti yang terbaca di komentar Disway pekan lalu.
Saya sendiri belum tentu menyukai yang saya tulis, bahkan saat awal jadi wartawan, saya harus membaca banyak artikel yang sangat tidak saya sukai.
Zaman itu ada majalah Prisma, terbitan LP3ES Jakarta. Yang dibahas soal yang berat-berat dan berat sekali. Misalnya, soal ekonomi keuangan. Dengan banyak angka dan statistik di dalamnya.
Akan tetapi selalu saja saya baca. Sejak awal sampai akhir. Mengerti isinya? Tidak! Tetapi terus saja saya baca. Kadang sampai dua kali.
Hari ini saya menurunkan tulisan seorang perusuh perempuan. Dia kirim tulisan itu ke WA saya.
Baru dua tahun lalu dia mulai belajar menulis. Awalnyi hanya satu alinea. Saya puji. Lalu dua alinea. Pujian saya tingkatkan. Lama-lama dia bisa menulis panjang. Kalimat-kalimatnyi pun mulai sangat lancar.