Sering Tidak Terdeteksi, Kanker Ovarium Jadi Tantangan Bagi Perempuan

4 hours ago 15

Sering Tidak Terdeteksi, Kanker Ovarium Jadi Tantangan Bagi Perempuan

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Onkologi, dr. Muhammad Yusuf, Sp.OG (K) Onk,. Foto dok. AstraZeneca

jpnn.com, JAKARTA - Gejala awal yang tidak spesifik membuat kanker ovarium masih menjadi tantangan besar bagi perempuan di Indonesia dan juga dunia. Kondisi itu membuat sebagian besar pasien baru terdiagnosis pada stadium lanjut. 

“Mayoritas pasien kanker ovarium baru terdiagnosis pada stadium 3 atau 4 akibat gejala awal yang tidak spesifik dan belum adanya metode skrining yang efektif,” kata Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Onkologi, dr. Muhammad Yusuf, Sp.OG (K) Onk, Minggu (5/10).

Sayangnya, setelah menjalani operasi dan kemoterapi, tingkat kekambuhan tetap tinggi dalam tiga tahun pertama. Kondisi ini menunjukkan pentingnya rangkaian penanganan dan terapi yang terintegrasi sejak awal hingga lanjutan.

“Risiko kekambuhan setelah kemoterapi awal pun sangat tinggi. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran pasien terhadap proses pengobatan lanjutan sangatlah penting agar penanganan dapat dilakukan secara tepat,” tambahnya.

Yusuf menerangkan, keberhasilan pengobatan kanker ovarium bergantung pada beberapa langkah yang saling melengkapi. Salah satu faktor terpenting adalah pembedahan dengan prinsip zero residu atau tidak ada sisa tumor yang tampak, di mana terbukti meningkatkan median kelangsungan hidup pasien. 

“Setelah itu, pasien perlu menjalani kemoterapi sesuai interval yang ditentukan untuk menjaga efektivitasnya,” ucapnya.

Adapun usai pasien dinyatakan telah masuk dalam fase remisi pasca pengobatan awal, kanker ovarium stadium lanjut yang dikenal memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi tersebut, sering kali menuntut pasien untuk kembali menjalani kemoterapi berulang, dengan peluang remisi yang lebih singkat dan risiko kematian yang lebih tinggi.

Melansir panduan internasional, seperti ESMO dan NCCN merekomendasikan pemeriksaan HRD (Homologous Recombination Deficiency) dan BRCA (Breast Cancer gene 1 dan 2) dilakukan sedini mungkin pada pasien kanker ovarium setelah operasi untuk memastikan terapi lanjutan yang tepat . 

Sering tidak terdeteksi, kanker ovarium jadi tantangan bagi perempuan, karena sebagian besar pasien baru terdiagnos pada stadium lanjut

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |