jpnn.com, JAKARTA - Ketua Pemerhati Jakarta, Erzan kembali menyoroti Jakarta Internasional Stadium (JIS), karena wacana pengelolaannya akan dibuka untuk pihak swasta.
Dia menjelaskan stadion megah berkapasitas 82 ribu penonton ini merupakan aset milik PT Jakarta Propertindo (Jakpro), sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi Jakarta.
"Pengelolaaan stadion oleh klub-klub sepak bola di Eropa bukanlah hal baru di dunia. Misalnya di Eropa, banyak klub mengelola stadionnya sendiri dan memanfaatkannya untuk meningkatkan pemasukan, baik dari tiket pertandingan, sewa fasilitas, maupun kegiatan non-olahraga seperti konser, pameran dan event-event lainnya," kata Erzan dalam keterangannya, Jumat (15/8).
Dia menjelaskan secara legal, peluang Persija untuk mengelola JIS memang ada.
"Namun, di balik peluang itu, realita finansial klub Macan Kemayoran membuat kemungkinan tersebut terlihat tipis," lanjutnya.
Menurutnya, berbeda dengan klub-klub di Eropa memiliki pondasi finansial keuangan yang kuat dan sponsor yang besar, Persija saat ini berada dalam kondisi finansial yang tidak baik-baik saja.
“Musim lalu menjadi catatan pahit. Klub ini tersandung masalah keterlambatan pembayaran gaji pemain,” paparnya.
“Pelatih karateker Ricky Nelson secara terbuka mengakui memang sempat ada masalah internal setalah putaran kedua-gaji pemain terlambat bulan. Keluhan juga datang dari Ketua The Jakmania, Dicky Budi Ramadhan, yang mengkritik gaya belanja pemain yang tidak seimbang dengan kemampuan finansial klub. Bahkan Asosiasi Sepakbola Profesional Indonesia (APPI) memastikan sejumlah pemain mengalami tunggakan gaji hingga dua sampai tiga bulan,” imbuhnya.