jpnn.com - "Saya ingin bertemu Umar Patek".
"Temui saja. Itu ia sedang di panggung".
Umar Patek mendengarkan curhatan Khusnul Khatimah, korban Bom Bali.--
"Tidak berani. Tolong antarkan saya".
Ok. Saya tarik tangan Khusnul Chotimah. Saya ajak dia naik ke panggung. Umar Patek sedang dikerumuni wartawan. Saya tarik lengan Umar dari kerumunan wawancara. Ini lebih penting.
Khusnul Khotimah adalah korban bom Bali. Badannya penuh bekas luka bakar. Pun tangannya yang saya tarik ke atas panggung itu.
"Ini bu Khusnul Khotimah. Korban bom Bali. Tolong dengarkan kata-katanyi," ujar saya kepada Umar.
Khusnul pun nerocos. Intinya dia menggugat nasib baik Umar yang meski teroris dapat perhatian begitu istimewa. Sementara dirinya, yang 90 persen luka bakar tetap hidup susah.