jpnn.com - SURABAYA - Pendataan korban ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, dibagi ke dalam tiga klaster.
Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Polisi Nanang Avianto mengatakan, tiga klaster dimaksud, yaitu santri, pengurus pesantren, dan pekerja pembangunan.
“Kemudian dari perkembangan yang kita lihat dari pendataan. Penghuni di sana yang kemudian dimasukkan datanya di posko. Kan, kita (petugas evakuasi korban, red) bagi dalam tiga klaster, yang pertama adalah jumlah santrinya. Kedua adalah pengurus pesantren, yang ketiga adalah pekerja yang melakukan pembangunan pesantren itu,” kata Nanang di Mapolda Jatim, Surabaya, Jumat (3/10).
Menurutnya, pengelompokan tersebut penting agar petugas mudah melacak keberadaan penghuni yang sebelumnya tercatat berada di lingkungan pesantren saat bangunan runtuh.
Dari hasil pendataan awal, sebagian besar baru mencakup santri dan pengurus, sedangkan pekerja masih terus diidentifikasi.
Dia menegaskan meski pendataan dilakukan, prioritas utama sejak awal tetap pada penyelamatan korban.
"Tahapan kemarin di awal adalah kita (petugas) mengutamakan pertolongan kepada korban dulu. Sambil pendataan," ujarnya.
Nanang menambahkan setelah masa golden time berakhir, proses evakuasi difokuskan pada pembersihan material. Tim gabungan dari Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), TNI, Polri, Pemadam Kebakaran (Damkar), serta relawan terus dikerahkan untuk mempercepat pencarian korban.