jpnn.com, NEW YORK CITY - Menteri Luar Negeri Sugiono menyoroti integrasi kecerdasan buatan (AI) ke dalam sistem komando dan kontrol nuklir sebagai sebuah ancaman nyata yang mengintai.
“Indonesia sangat prihatin dengan integrasi kecerdasan buatan ke dalam sistem komando dan kontrol nuklir. Ini bukan fiksi ilmiah. Ini adalah ancaman nyata yang mengintai,” kata Sugiono pada acara ‘Kecerdasan Buatan dan Perdamaian serta Keamanan Internasional’ di Markas Besar PBB New York, Amerika Serikat, Kamis (25/9).
Menlu menuturkan bahwa dunia sedang menghadapi masalah yang mendesak dan sangat penting akibat implikasi yang melampaui batas-batas negara.
Termasuk AI yang telah melampaui laboratorium dan penggunaan sipil. Bahkan, kini memasuki domain militer dengan sangat cepat, memunculkan harapan sekaligus kekhawatiran mendalam.
“Cara kita mengatur transformasi ini akan menentukan apakah AI akan memperkuat perdamaian atau malah merusaknya,” kata dia.
Sugiono menekankan bahwa Indonesia percaya AI memiliki kekuatan untuk menyelamatkan nyawa dengan meningkatkan efisiensi dalam operasi kemanusiaan dan respons bencana, bahkan meminimalkan kerugian dalam konflik. Namun, di sisi lain, dia menuturkan bahwa AI dapat merusak stabilitas jika dibiarkan tanpa pengawasan.
“Jika dibiarkan tanpa pengawasan, AI berisiko memperburuk perlombaan senjata, memberi kekuatan kepada aktor non-negara, dan merusak stabilitas regional,” tuturnya.
Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia menyerukan kerja sama yang lebih kuat untuk membangun kapasitas, berbagi pengetahuan, mentransfer teknologi, dan memastikan akses yang setara.