jpnn.com - Setiap kali Iduladha tiba, jutaan umat Islam berduyun-duyun menjalankan ibadah kurban sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan kepedulian sosial kepada sesama.
Namun, apakah ibadah kurban hanya berhenti sebagai ritual tahunan?
Ataukah ia bisa menjadi inspirasi besar untuk membangun keadilan pangan nasional yang lebih substantif dan berkelanjutan?
Kurban bukan sekadar ibadah simbolik. Dia adalah ekspresi keimanan yang paling mendalam: berani melepaskan sesuatu yang dicintai demi nilai yang lebih tinggi.
Seperti yang ditunjukkan Nabi Ibrahim dan Ismail, kurban adalah tentang pengorbanan demi peradaban, ketaatan demi keadilan.
Sebagaimana Allah berfirman: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! (QS Ash-Shaffat: 102).
Dalam tafsir Fii Dzilalil Qur’an, Sayyid Quthb menegaskan peristiwa kurban adalah bentuk pengokohan aqidah yang berdampak sosial luas, bukan sekadar narasi individual.
“Kurban adalah pendidikan ruhani yang melahirkan kesanggupan menundukkan ego demi maslahat umat,” tulisnya.