jpnn.com - SURABAYA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyatakan tidak akan pernah mundur dari jabatan ketum PBNU. Dia mengungkap bahwa pada Muktamar ke-34 NU yang digelar di Lampung pada 2024, dia mendapatkan mandat untuk menjadi ketum PBNU selama lima tahun.
"Saya sama sekali tidak terbesit pikiran untuk mundur karena saya mendapatkan amanat dari Muktamar ini untuk lima tahun. Ya, pada muktamar 34 yang lalu, saya mendapatkan mandat lima tahun. Karena akan saya jalani selama 5 tahun, insyaallah saya sanggup," ujar Gus Yahya seusai rapat koordinasi ketua PWNU se-Indonesia di Hotel Novotel Samator, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (23/11).
Gus Yahya menyampaikan itu menyikapi beredarnya surat meminta dia mundur dari posisi ketum PBNU. Surat itu ditandatangani Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar.
Gus Yahya menekankan bahwa rapat harian syuriyah tidak memiliki kewenangan memberhentikan jabatan, terlebih ketua umum. Hal itu sesuai dengan ketentuan yang dijalankan selama ini.
"Kalau dikatakan kemarin itu sebagai keputusan rapat syuriah, rapat harian syuriyah yang punya konsekuensi akan memundurkan ketua umum, maka saya tandaskan bahwa rapat harian syuriyah menurut konstitusi AD/ART tidak berwenang untuk memberhentikan ketua umum," ungkapnya.
"Memberhentikan fungsionaris yang lain saja tidak. Memberhentikan misalnya salah seorang wakil sekjen itu rapat harian syuriah tidak bisa. Memberhentikan misalnya ketua lembaga rapat harian syuriah tidak bisa apalagi ketua umum," tambahnya.
Maka dari itu, Gus Yahya menulai keputusan pemberhentian tersebut tidak sah. “Jadi, maka kalau kemudian rapat harian syuriyah ini menyatakan atau membuat satu implikasi untuk memberhentikan ketua umum, maka itu tidak sah,” jelasnya.
Sementara, Gus Yahya juga mengatakan bahwa rakor yang dihadiri beberapa ketua PWNU se-Indonesia di Surabaya ini menyatakan dukungan kepadanya untuk tidak mundur dari jabatan ketum PBNU.





































