jatim.jpnn.com, MALANG - Pesatnya perkembangan teknologi digital ikut memengaruhi cara generasi muda berbahasa. Akibatnya, penggunaan bahasa Indonesia yang baku makin terpinggirkan. Hal ini menjadi sorotan serius
Dinas Pendidikan Jawa Timur menggelar Bimbingan Teknis Modul Ajar Bahasa Indonesia dan Sastra bagi 114 guru SMA se-Jatim, Selasa (22/7) malam.
Bimbingan ini dilakukan menyikapi perkembangan teknologi digital ikut memengaruhi cara generasi muda berbahasa yang mengakibatkan penggunaan Bahasa Indonesia baku makin terpinggirkan.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim Aries Agung Paewai mengatakan tantangan dunia pendidikan saat ini tidak hanya pada aspek akademik, tetapi juga budaya berbahasa di kalangan generasi muda, khususnya generasi Z yang lebih akrab menggunakan bahasa tidak baku, bahasa gaul, dan mencampur adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
“Perkembangan digitalisasi sangat memengaruhi gaya bahasa anak-anak. Mereka lebih memilih bahasa singkat seperti ‘mantul’ (mantap betul), padahal bahasa adalah seni berdiplomasi. Dari situlah kita belajar menghormati yang lebih tua dan menghargai lawan bicara,” ujar Aries.
Dia juga menyoroti budaya instan yang ditimbulkan media sosial membuat anak-anak semakin jauh dari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menurutnya, para pendidik perlu mengambil peran penting dalam mengembalikan semangat kebahasaan yang bermartabat dan berakar pada nilai-nilai budaya.
“Kalau kita melihat negara seperti Jepang, mereka sangat menjaga bahasanya. Tidak serta-merta mengikuti arus globalisasi yang bisa mengikis jati diri bangsa,” katanya.
Dalam forum bimtek tersebut, Aries mengingatkan sejarah bahasa dan sastra Indonesia lahir dari perjuangan para tokoh bangsa yang menyusun kata demi kata menjadi pedoman berbahasa yang digunakan hingga kini. Peran guru dinilai sangat vital sebagai penjaga sekaligus penerus nilai luhur bahasa nasional.