jpnn.com, DENPASAR - Bali Entrepreneurship Minifest 2025 dihelat oleh IEF Research Institue yang berkolaborasi dengan Himpunan Pengusaha Kahmi (HIPKA) Bali di Denpasar, Kamis (14/8).
Forum ini menghadirkan tiga pembicara lintas sektor, yakni Ketua PHRI Bali Prof. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, (Cok Ace), Direktur Eksekutif IEF Research Institute Ariawan Rahmat, dan praktisi bisnis Khairul Mahfuz.
Acara yang didukung oleh Bank BRI, IC Consultant dan Ay’s On You (AOY) ini dihadiri kurang lebih 100 pelaku UMKM dan para pengusaha di Bali.
Ariawan menyampaikan, cara tersebut bertujuan untuk membangun sinergi pemerintah–pengusaha–masyarakat dalam memperkuat daya saing Bali sebagai destinasi wisata kelas dunia sekaligus pusat pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Ariawan menyoroti pentingnya kesiapan administrasi dan tata kelola usaha di tengah iklim ekonomi yang kondusif di Bali agar bisnis mampu mencapai keberlanjutan.
“Bisnis yang kuat bukan hanya soal omzet besar, tapi juga administrasi yang rapi dan kepatuhan yang terjaga. Pajak adalah tiket legal untuk tumbuh tanpa bayang-bayang masalah hukum,” kata Ariawan.
Ariawan merinci tiga pilar yang harus diperkuat pengusaha. Pertama, pengelolaan keuangan dan pencatatan.
Misalnya, pengusaha harus memisahkan rekening pribadi dan bisnis, mengelola arus kas, dan menggunakan perangkat akuntansi terintegrasi.