jpnn.com, JAKARTA - Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aisah Putri Budiatri, menilai sistem pemilu raya yang diterapkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam pemilihan ketua umum patut menjadi contoh untuk partai-partai lain di Indonesia.
Sebab, partai di Indonesia mayoritas menggunakan sistem tertutup dalam pemilihan ketua umum.
"Model ini menarik dan bisa menjadi contoh juga diterapkan oleh partai-partai lain, yang kecenderungan pemilihan partainya masih berbasis model lama yang tertutup dan elitis," kata Aisah, kepada wartawan.
Menurutnya, sistem pemilu raya PSI sangat menarik dan ideal dalam menarik partisipasi kader dan pengurus partai secara luas.
"Sebagai gagasan, pemilu raya ini merupakan hal yang menarik dan cukup ideal. Karena pemilu raya menjadi sebuat model pemilihan ketua umum yang nampak terbuka dan dipilih langsung melalui evoting sehingga menarik partisipasi para pengurusnya secara luas," ujar dia.
Namun, dia berharap agar sistem pemilu raya menjadi wadah yang ideal dalam menentukan ketua umum partai politik.
"Harapannya, pemilu raya tak sekedar menjadi model pemilihan yang seolah ideal, tetapi ternyata hasilnya masih lekat pada bayang-bayang karakter partai yg memilih ketuanya berbasis afiliasi politik saja, bukan kapasitas dan rekam jejak di internal partai," imbuh Aisah.
Sebagai informasi, dalam pendaftaran calon ketua umum PSI, tiga calon yakni Ronald Aristone Sinaga, Kaesang Pangarep dan Agus Mulyono Herlambang dinyatakan lolos verifikasi karena memenuhi syarat minimal dukungan dari DPW dan DPD partai.