jateng.jpnn.com, SEMARANG - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang angkat bicara soal munculnya gesekan antarpengelola parkir pasar tradisional yang mencuat pasca pengumuman hasil lelang pengelolaan lahan parkir. Perselisihan ini terjadi di sejumlah titik, termasuk Pasar Johar, setelah pengelola baru mulai beroperasi.
Untuk meredakan ketegangan, Plt Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Aniceto Magno Da Silva mengundang para pihak yang terlibat dalam pertemuan klarifikasi di Kantor Kecamatan Semarang Tengah pada Selasa (3/6).
“Masalah mulai muncul setelah pemenang lelang mulai turun ke lapangan. Beberapa pihak yang sebelumnya mengelola merasa tidak dilibatkan. Supaya tidak terjadi gesekan, kami kumpulkan semuanya untuk menyelesaikan ini,” ujar pria yang akrab disapa Moy.
Moy mengakui bahwa kurangnya sosialisasi menjadi pemicu utama ketegangan. Menurutnya, sistem lelang yang diterapkan tahun ini masih dalam tahap uji coba, dan akan dievaluasi untuk penyempurnaan ke depan.
Dia menegaskan proses seleksi pengelola dilakukan secara profesional dan terbuka, tanpa melibatkan organisasi kemasyarakatan (ormas).
“Saya minta maaf karena sosialisasi kurang. Namun, ini baru uji coba, tahun depan akan kami benahi agar semua pihak merasa dilibatkan. Jangan sampai ini digoreng-goreng soal ormas. Mereka menang secara profesional atas nama CV dan PT, bukan ormas,” kata Moy.
Dia juga menepis narasi yang menyebut keterlibatan Ormas Pemuda Pancasila (PP) dalam pengelolaan parkir sebagai organisasi.
“Jangan munculkan ormas. Ini murni lelang. Saya wanti-wanti, kalau sampai ribut dan bawa-bawa ormas, izin semua saya cabut. Urusan kalian nanti dengan aparat,” ujarnya.