jpnn.com - Di saat euforia tumbangnya pemerintahan Basyar Al Assad, Duta Besar Indonesia di Suriah (Syria), Wajid Fauzi didesak: mengapa tidak segera bikin pernyataan pengakuan terhadap pemerintah baru. Kesannya: seolah Indonesia pro Assad dan anti Ash-Sharaa.
"Kalau kita bikin pengakuan, itu melampaui batas. Yang kita akui adalah negara Suriah. Siapa pun pemerintahnya," ujar Wajid.
Buktinya: Wajid tidak memiliki hambatan apa pun dalam berhubungan dengan pemerintah baru.
Wajid termasuk sangat cepat bisa diterima presiden baru Ash Sharaa.
Misi pemulangan tenaga kerja Indonesia di sana pun lancar. Bahwa masih ada warga Indonesia yang pernah ikut berjuang bersama pemberontak –kini disebut pejuang– tidak menimbulkan konflik antar-pemerintah.
Saya sendiri menjadi saksi hubungan baik itu. Kedatangan saya ke Syria sangat mendadak. Tetapi di hari kedua saya sudah bisa menghadap seorang menteri di sana. Bukan sembarang menteri pula. Ia menteri energi: Mohamed Al Bashir.
Mustahal pertemuan itu terjadi kalau duta besar Wajid tidak punya hubungan baik dengan pemerintah baru.