jpnn.com - KENDARI - Ketua Harian Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ahmad Ali mengatakan bahwa Presiden ke-7 Joko Widodo atau Jokowi tidak dihargai oleh partai lamanya, yakni PDI Perjuangan.
Hal ini disampaikan Ahmad Ali saat Rakorwil PSI di Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (21/11).
Awalnya, Ali menyebutkan Jokowi menjadi Wali Kota Solo pada 2005 karena kehendak rakyat dan berhasil menjaga kepercayaan tersebut, hingga dapat melanjutkan karier politiknya mencapai kursi presiden.
"Terus kemudian masyarakat Indonesia melihat, 'oh ada orang kampung yang jadi wali kota di sana'. Dipaksa menjadi gubernur. Beliau kemudian di partainya, yang dulu diklaim sebagai partainya, tetapi tidak pernah dihargai di sana," kata Ali.
Menurut Ali, sepanjang kiprah politiknya, Jokowi hanya dimanfaatkan oleh PDIP demi kepentingan partai politik berlambang banteng tersebut.
Padahal, menurut dia, Jokowi dapat menjadi gubernur hingga presiden karena kehendak rakyat yang memaksanya untuk maju memperebutkan jabatan tersebut.
"Hanya dimanfaatkan di tempat di partainya, digunakan jabatannya untuk kepentingan partainya. Dipaksa untuk mendorong dia, siapa yang memaksa? Rakyat Indonesia yang memaksa partainya tersebut untuk kemudian mencalonkan dia menjadi gubernur. Kemudian mencalonkan dia menjadi presiden," kata Ali.
Dia lalu menyinggung nasib Jokowi yang mendapat berbagai tuduhan setelah lengser dari kursi presiden.





































