jateng.jpnn.com, SEMARANG - Insiden kecelakaan yang melibatkan armada Feeder Trans Semarang di Bundaran Klipang Blok Z, Kota Semarang, Jawa Tengah, menuai keprihatinan serius dari berbagai pihak.
Peristiwa tragis yang merenggut nyawa seorang penyeberang jalan itu menjadi alarm keras bagi sistem penyelenggaraan transportasi umum perkotaan, khususnya terkait keselamatan, tata kelola pengemudi, dan pengawasan operator.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Semarang Bambang Purnomo menilai insiden di Klipang dan kejadian serupa sebelumnya di Taman Unyil, Ungaran, mencerminkan lemahnya kehati-hatian pengemudi.
"Kedua kasus ini menunjukkan keteledoran yang tidak bisa ditoleransi. Pengemudi harus mengutamakan keselamatan pengguna jalan lainnya. Ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga menyangkut tanggung jawab moral," ujar Bambang kepada JPNN.com, Jumat (11/7).
Menurutnya, waktu kerja para pengemudi di Trans Semarang secara sistem seharusnya tidak menjadi alasan. Dengan pola kerja dua hari aktif satu hari libur dan pembagian tiga pengemudi untuk dua armada, seharusnya ada cukup waktu istirahat.
"Kalau kita lihat dari sistem kerjanya, tidak ada alasan kelelahan. Ini murni karena kurangnya kehati-hatian," ujarnya.
Bambang juga mendorong agar operator dan Badan Layanan Umum (BLU) Trans Semarang meningkatkan edukasi serta pembinaan rutin terhadap para pengemudi di seluruh koridor, bukan hanya yang bermasalah.
Dia mengingatkan Trans Semarang adalah bagian dari program unggulan Pemerintah Kota, termasuk layanan gratis bagi pelajar. "Jangan sampai program baik dari Ibu Wali Kota tercoreng hanya karena kelalaian pengemudi," ujarnya.