jpnn.com, JAKARTA - Indonesia diketahui tengah menggeber pemenugan kebutuhan energi listrik lewat energi baru dan terbarukan (EBT), salah satunya tenaga surya dan angin.
Peningkatan kapasitas tenaga surya dan angin di Indonesia merupakan langkah penting menuju target nol emisi, namun perkembangan ini juga menghadirkan tantangan baru.
Namun, EBT memiliki sifat intermiten, tidak selalu menghasilkan listrik sepanjang waktu, sehingga dapat membuat jaringan rentan terhadap fluktuasi dan berpotensi menyebabkan pemadaman atau gangguan pasokan listrik.
Energy Business Director, Australasia, Perusahaan teknologi Wartsila Energy Kari Punnonen menyatakan siap mendukung kemajuan jaringan listrik Indonesia melalui teknologi mesin terbaik untuk stabilitas kebutuhan energi.
Pembangkit listrik berbasis mesin Wartsila mengatasi tantangan ini dengan menyediakan respons frekuensi yang sangat cepat, mampu aktif dalam hitungan detik untuk memulihkan keseimbangan jaringan ketika output energi terbarukan menurun.
“Fleksibilitas telah menjadi atribut paling krusial dalam sistem tenaga listrik modern, diperlukan untuk memungkinkan peningkatan penggunaan energi terbarukan tanpa mengorbankan keandalan,” ungkap Kari Punnonen dikutip, Jumat (21/11).
Mesin Wartsila dapat menyala dan mencapai beban penuh dalam waktu kurang dari dua menit, serta telah dirancang untuk masa depan dengan kemampuan beroperasi menggunakan bahan bakar berkelanjutan seperti hidrogen.
Pada Energy Transition Roundtable yang diselenggarakan dalam rangkaian Electricity Connect 2025, Wartsila mengundang pemerintah, pelaku utilitas, akademisi, dan para pemimpin industri untuk membahas strategi penguatan ketahanan jaringan listrik seiring meningkatnya pemanfaatan energi terbarukan dan melonjaknya permintaan listrik.





































