jpnn.com, FAKFAK - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memanfaatkan jeda kunjungannya di Fakfak, Papua Barat, untuk bernostalgia dengan pengalaman masa lalunya sebagai sopir angkot (angkutan kota).
Bukan melalui pidato atau pertemuan resmi, melainkan lewat setir sebuah angkot tua berwarna putih. Momen ini terjadi pada 17 November 2025, setelah ia meresmikan Pasar Rakyat Tumburuni.
Pagi itu, suhu Fakfak hangat, angin pesisir berembus pelan. Di sebuah sudut jalan, Bahlil tampak naik ke kursi pengemudi Suzuki Carry bernomor polisi PB 7241 F. Senyumnya mengembang, senyum yang sulit ditemui saat ia berada di balik podium kementerian.
“Mobilnya begini enggak, pak?” tanya seseorang dari luar jendela angkot.
“Yang dahulu agak lebih gede,” jawab Bahlil sambil terkekeh.
Bagi warga Fakfak, momen itu bukan sekadar aksi panggung. Bahlil memang pernah hidup dari setir angkot semasa mudanya, masa ketika untuk makan saja harus berhitung cermat, apalagi punya kendaraan sendiri.
“Dahulu enggak punya (angkot), boro-boro punya. Makan aja susah,” ujarnya.
Tak lama setelah mesin dinyalakan, nostalgia berubah menjadi tontonan menghibur. Bahlil memanggil Dino, sopir taksi (angkot) setempat yang sudah lama ia kenal. Dino diajak masuk, bukan untuk duduk manis, tetapi untuk kembali memerankan tugas lamanya sebagai kenek.






































