jatim.jpnn.com, SURABAYA - Proses identifikasi jenazah korban ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo diperkirakan membutuhkan waktu sekitar tiga hari.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabid Dokkes) Polda Jatim Kombes M Khusnan saat memberikan keterangan pers di RS Bhayangkara Surabaya, Jumat (3/10) malam.
“Tes DNA menjadi solusi terakhir apabila identifikasi visual maupun sidik jari tidak memungkinkan. Dalam kasus terbaik, hasil tes DNA bisa keluar sekitar tiga hari,” ujar Khusnan.
Menurutnya, tim Disaster Victim Identification (DVI) telah menerima delapan jenazah korban. Dari jumlah itu, lima jenazah sudah melewati proses identifikasi, tetapi masih memerlukan pendalaman lebih lanjut, sementara tiga lainnya masih diperiksa.
Khusnan menjelaskan, metode paling efektif untuk mengenali korban adalah melalui rekam medis gigi, terutama bagi yang memiliki riwayat pemeriksaan atau foto panoramik.
Selain itu, identifikasi juga bisa dilakukan dengan sidik jari, meski sebagian besar jenazah sudah mengalami kerusakan akibat pembusukan.
“Kondisi jenazah sudah lebih dari tiga hari baru ditemukan, kami siapkan pemeriksaan DNA sebagai langkah terakhir. Sampel DNA keluarga akan kami kirim ke Pusdokkes Polri,” katanya.
Sejauh ini, tim telah mengumpulkan 57 sampel DNA dari keluarga yang melapor kehilangan anggota keluarganya. Jumlah itu masih bisa bertambah bila ada laporan baru.
Khusnan menakankan pentingnya dukungan data ante mortem dari keluarga untuk mempercepat proses identifikasi, mulai dari foto terakhir korban, pakaian yang dikenakan, hingga barang pribadi.