jpnn.com, BOGOR - Guru Besar IPB University, Prof. Ricky Avenzora, menegaskan bahwa pengembangan ekowisata di Indonesia seharusnya mendapat dukungan penuh, bukan tindakan penyegelan atau pembongkaran. Pernyataan ini disampaikannya menanggapi kasus terbaru di kawasan Puncak, Bogor.
Dalam Konferensi Pers Pra-Orasi Ilmiah yang digelar secara daring, Prof. Ricky menyoroti tiga masalah utama pariwisata Indonesia.
"Pertama, jumlah devisa dan wisatawan masih kalah dari negara tetangga. Kedua, potensi alam dan budaya justru banyak mengalami kerusakan. Ketiga, distribusi manfaat pariwisata tidak merata," ujarnya.
Ia menjelaskan rekreasi dan pariwisata tidak boleh hanya dimaknai sebagai kebebasan perjalanan. "Harus diubah menjadi perjalanan berkesadaran ilahiah untuk mencari jati diri sekaligus memberi manfaat bagi semesta. Itulah yang disebut ekowisata," kata dia.
Prof. Ricky secara khusus mengkritik kebijakan penyegelan dan pembongkaran puluhan lokasi wisata di Puncak.
"Perihal Puncak, kebijakan Menteri Lingkungan Hidup saya kategorikan salah satu bentuk individual over acting dan juga bentuk dari abuse of power, karena terlihat grasak-grusuk untuk cawe-cawe secara tidak bijaksana," jelasnya.
"Intinya, tindakan tersebut tidak dilakukan dengan prosedur yang tepat. Hal itu sungguh tidak bijak dan sangat merugikan semua pihak secara signifikan. Menurut saya, praktik semacam ini harus segera dihentikan dan tidak boleh diulang oleh siapa pun," tegas Prof. Ricky.
Ia menambahkan bahwa hak usaha para pengusaha wisata seharusnya dikembalikan, bahkan didukung dan difasilitasi. Prof. Ricky mencontohkan EIGER Adventure Land sebagai pelaku usaha yang patut didukung.