jateng.jpnn.com, SEMARANG - Tahun Baru Islam 1447 H atau yang dikenal sebagai Sura dalam tradisi Jawa disambut meriah masyarakat di RW 5 Jambu Timur, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Mereka menyelenggarakan serangkaian kegiatan budaya dan keagamaan bertajuk Piweling Asyura yang dikemas dengan mengangkat kearifan lokal dan nilai keislaman.
Ketua Panitia Piweling Asyura Jamal menjelaskan peringatan bulan Sura telah menjadi tradisi turun-temurun di masyarakat Jawa, baik yang beragama Islam maupun penganut kepercayaan kapitayan atau Kejawen.
“Panitia berharap masyarakat dapat memahami bahwa bulan Muharam atau Sura adalah bulan yang luar biasa. Hari ke-10, Asyura, diperingati untuk menghormati nilai spiritual dan sosial yang terkandung di dalamnya,” ujar Jamal, Jumat (27/6)
Salah satu bentuk penghormatan itu tercermin dalam tradisi kenduri atau selamatan yang dilakukan hampir di setiap rumah. Baik umat Islam maupun penghayat kepercayaan menggelar kenduri sebagai simbol penghormatan terhadap waktu sakral tersebut.
Pengatur acara Piweling Asyura Roisul Hakim merinci empat agenda utama yang digelar Panitia De’lima untuk mengisi bulan Sura dengan semangat kebersamaan, spiritualitas dan penghormatan terhadap warisan budaya.
1. Kenduri Mapak Sura
Digelar pada malam 1 Sura, Kamis Wage (26/6/2025) pukul 19.00 WIB di wilayah RW 5 Jambu Timur. Kegiatan ini berupa tirakatan malam yang terinspirasi dari ajaran Wali Songo, seperti pesan Sunan Drajat tentang kepedulian sosial dan konsep Pager Mangkok dari Sunan Muria.