jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah pakar menilai uji coba terhadap bahan bakar alternatif Bobibos diperlukan untuk memastikan aspek keselamatan, performa mesin, serta kesesuaian standar sebelum diedarkan komersial di masyarakat.
Hal itu diungkapkan pakar energi yang juga dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Syarifuddin Nojeng dalam diskusi bertema "Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran dari Sudut Pandang Energi" di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (17/11/2025).
Dia pun sepakat llangkah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan uji coba selama delapan bulan sudah tepat.
“Iya pasti, karena sebagai BBM alternatif harus memenuhi standar beberapa parameter misal titik nyala, RON dan sebagainya,” ujar Syarifuddin.
Syarifuddin menjelaskan Bobibos termasuk kategori bioetanol yang saat ini terus dikembangkan pemerintah lewat sejumlah program energi baru terbarukan (EBT). Ia menilai inovasi seperti ini berpotensi mendorong bauran energi bersih di sektor transportasi.
“Bobibos termasuk kelompok bioetanol yang terus dikembangkan melalui program E1 dan seterusnya, sampai menuju tingkat keekonomian yang layak,” kata dia.
Selain itu, Bobibos tetap membutuhkan riset lebih lanjut sebelum benar-benar siap dipasarkan.
Menurut Syarifuddin, riset menjadi faktor penting karena inovasi bioenergi dapat memberi kontribusi langsung pada target bauran energi nasional.




































