jpnn.com, JAKARTA - Rencana perubahan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi Sekolah Teknik terus menuai penolakan dari berbagai pihak, termasuk alumni dan mahasiswa. Menanggapi hal ini, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti) Brian Yuliarto menyatakan akan memfasilitasi dialog untuk mencari solusi terbaik.
"Saya sudah bicara dengan Pak Rektor, Pak Arif. Nanti difasilitasilah, artinya komunikasi dilakukan bersama-sama, dan Pak Rektor menyampaikan beliau akan mengundang semua pihak untuk sama-sama dibicarakan baik-baik," kata Brian usai rapat dengan Komisi X DPR, Rabu (3/7).
Ketika ditanya mengenai kemungkinan evaluasi Surat Keputusan Rektor terkait perubahan ini, Brian menegaskan bahwa hal tersebut merupakan otoritas kampus.
"Itu, kan, di tingkat kampus, jadi kampus akan melakukan diskusi dialog dan komunikasi. Supaya bersama-sama lah dalam rangka memajukan kampus," jelas Guru Besar ITB ini.
Brian menekankan komitmennya untuk memperhatikan berbagai masalah di perguruan tinggi. "Tentu semua permasalahan di kampus, kami atensi," ujarnya.
Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian menyoroti pentingnya mempertahankan identitas keilmuan Fateta yang memiliki peran strategis dalam pengembangan teknologi pertanian. "Perubahan nomenklatur ini harus didasarkan pada kajian ilmiah yang kuat, relevansi masa depan, sekaligus menghormati nilai historis dan karakter keilmuan yang telah melekat," kata Hetifah.
Sebelumnya, Ketua Umum Himpunan Alumni Fateta IPB Luhur Budijarso menegaskan pentingnya peran Fateta dalam mendukung pembangunan sektor pertanian. "Saat ini kita menghadapi tantangan yang luar biasa besar dan pemerintah, Pak Prabowo melalui Asta Cita menekankan betapa pertanian ini menjadi garda terdepan," ujar Luhur dalam Diskusi Akademik di IPB Convention Centre, Senin (10/6).
Rencana perubahan ini terus memicu perdebatan di kalangan akademisi, dengan banyak pihak menilai perubahan status Fateta menjadi Sekolah Teknik berpotensi mengikis kekhususan keilmuan teknologi pertanian yang selama ini menjadi ciri khas lembaga pendidikan tersebut. Proses dialog antara pihak kampus, alumni, dan pemangku kepentingan lainnya masih terus berlangsung untuk mencari solusi yang tepat. (tan/jpnn)