jpnn.com, SEMARANG - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menginisiasi program ketahanan pangan dengan memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami singkong dan ubi.
Langkah ini merupakan upaya diversifikasi pangan di tengah keterbatasan lahan pertanian di wilayah perkotaan.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menyebut singkong dan ubi dipilih karena mudah ditanam, masa tanamnya pendek, dan bisa menjadi alternatif pengganti beras.
"Kami pilih ubi dan singkong sebagai pendamping beras karena masa tanamnya hanya sekitar tiga sampai enam bulan. Selain itu, pengelolaannya juga cukup mudah dan tidak membutuhkan lahan yang luas," kata Agustina, Senin (30/6).
Program ini dimulai sejak 21 Januari lalu di atas lahan tidur seluas sekitar 1.000 meter persegi. Panen perdana dilakukan pada Jumat (27/6) lalu. Meski hasilnya belum maksimal, Agustina optimistis program ini dapat dikembangkan lebih lanjut.
"Satu batang singkong bisa menghasilkan sekitar 10 kilogram. Namun, menurut analisis ahli pertanian, tanahnya kurang subur. Kami akan tanam lagi dan targetkan panen lebih baik di Agustus mendatang," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang Shoti'ah menyambut baik inisiatif tersebut. Dia menegaskan program ini selaras dengan kebijakan nasional dalam memperkuat ketahanan pangan melalui optimalisasi lahan kosong dan keterlibatan masyarakat.
"Penanaman ubi jalar dan singkong ini bagian dari pengembangan pangan lokal, terutama sebagai alternatif sumber karbohidrat pengganti beras," kata Shoti'ah.