jpnn.com, JAKARTA - Ketua Asosiasi Bidang Pengawasan dan Perlindungan terhadap Para Pengusaha Depot Air Minum (Asdamindo) Erik Garnadi menilai isu-isu terkait bahaya galon guna ulang ini bisa mematikan ribuan usaha rakyat sehingga menciptakan kesenjangan sosial dan pengangguran.
"Kalau terus menerus diframing, banyak pengusaha-pengusaha depot yang gulung tikar. Kalau sampai punah, berapa ratus ribu (timbul) pengangguran lagi. Apalagi, UMKM merupakan tulang punggung perekonomian negara yang seharusnya mendapat dukungan pemerintah,” ungkap Erik.
Menurut dia, seharusnya pengawasan dilakukan terhadap depot-depot air minum. Karena, banyak depot air minum itu yang tidak menerapkan standar higienitas yang ketat.
“Itu kan sangat berbahaya buat masyarakat yang mengkonsumsinya,” ujarnya.
Dia melihat adanya ketidaktegasan pengawasan yang dilakukan terhadap depot-depot air minum itu. Di antaranya terkait sumber airnya dari mana, kualitasnya seperti apa, dan soal higienis dan sanitasi mesin yang digunakan.
“Ini seharusnya yang menjadi perhatian para LSM. Apalagi para pengguna air isi ulang ini kebanyakan kaum menengah ke bawah. Jadi, sebagai LSM, ya perhatikan lah masyarakat bawah juga agar mengonsumsi air minum yang steril. Jadi jangan tebang pilih,” katanya.
Terkait dengan AMDK galon guna ulang, menurut Erik, itu tidak perlu dikritisi lagi sebetulnya. Hal itu menurutnya dikarenakan sudah jelas-jelas ada BPOM yang mengawasinya.
"Apalagi membuat air minum dalam kemasan itu harus melalui beberapa tahap, uji laboratorium, harus melalui SNI juga. Nanti dari AMDK-nya itu ke BPOM, kita punya merek dagang ini, nomor sekian. Jadi, pengawasannya sangat ketat, jadi tidak mungkin berbahaya. Kalau berbahaya, pasti sudah ditarik dari peredaran lah,” ucap.