Embun Suriah

6 hours ago 6

Oleh: Dahlan Iskan

Embun Suriah

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Ekonomi rakyat mulai hidup. Jalan mulai macet. Namun, listrik baru menyala dua-tiga jam sehari.

Itulah keadaan ibu kota Suriah atau Syria, Damaskus. Sekarang ini. Yakni enam bulan setelah perang saudara berakhir –dengan tergulingnya diktator dinasti Bashar al-Assad.

Embun Suriah

Yang menceritakan itu sahabat Disway yang sering ke sana: Gus Najih Arromadloni. Ia mengalami tiga zaman di sana: zaman stabil di bawah Bashar al-Assad, zaman perang saudara dan zaman baru sekarang ini.

Gus Najih –artinya sukses– tidak sukses lulus kuliah di Damaskus. Kurang sedikiiiiit lagi. Keburu meletus perang saudara yang berlarut-larut. Gus Najih pulang. Ia menyelesaikan S-1 nya di Indonesia: di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Gus Najih lahir di Losari, Brebes. Ayahnya guru ngaji. Juga petani udang –khas orang pesisir Brebes.

Dari Brebes ia masuk pesantren di Sarang, Rembang. Ia ngaji di kiai besar di sana: Mbah Maimoen.

Sebagai mahasiswa asing, Gus Najih terkesan dengan zaman Basyar Al-Assad: serba ada dan serba murah. Juga stabil. Aman.

Ekonomi rakyat mulai hidup. Jalan mulai macet. Namun, listrik baru menyala dua-tiga jam sehari. Itulah keadaan ibu kota Suriah atau Syria, Damaskus sekarang.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |