Dari Spirit Pengabdian ke Kemandirian: BLU sebagai Pilar Transformasi PTKIN

3 hours ago 25

Oleh : Dr. Zainal Habib. M.Hum

 BLU sebagai Pilar Transformasi PTKIN

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Dosen UIN Maulana Malik Ibraham Malang, Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) Dr. Zainal Habib. M.Hum. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Dies Maulidiyah ke-64 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menjadi momentum reflektif untuk menegaskan kembali arah transformasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di tengah dinamika zaman yang menuntut kemandirian, profesionalisme, dan tata kelola modern.

Di titik inilah, Badan Layanan Umum (BLU) bukan sekadar status administratif, melainkan instrumen strategis untuk mewujudkan cita-cita besar untuk menjadikan perguruan tinggi Islam di bawah kementerian agama, sebagai pusat keunggulan ilmu, kedalaman spiritualitas, serta inovasi ekonomi dan pemberdayaan masyarakat berbasis nilai.

Menemukan Makna Baru dari Kemandirian

Setiap Dies Natalis bukan hanya perayaan usia lembaga, tetapi juga cermin perjalanan nilai dan arah masa depan. Selama enam dekade, PTKIN berdiri di atas spirit pengabdian: mendidik, mencerahkan, dan menguatkan nilai keagamaan dalam ruang publik Indonesia.

Namun, dunia telah berubah. Tantangan pendidikan tinggi hari ini tidak hanya soal kualitas akademik, tetapi juga soal daya tahan lembaga dalam menghadapi kompetisi dan tuntutan efisiensi.

Transformasi menjadi Badan Layanan Umum (BLU) adalah jawaban atas perubahan itu. BLU bukan sekadar status finansial, melainkan wujud dari perubahan cara pandang — dari birokrasi administratif menuju manajemen berbasis kinerja dan layanan.

PTKIN kini dituntut menjadi institusi produktif yang tidak hanya mengelola anggaran, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi, sosial, dan intelektual.
Menurut Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan (2024), dari 58 PTKIN di Indonesia, 32 sudah berstatus BLU, sementara sisanya masih dalam proses penyesuaian.

Pergeseran ini menandai babak baru kemandirian lembaga pendidikan Islam, yang tidak lagi hanya mengandalkan APBN, melainkan mampu mengelola potensi internal untuk keberlanjutan.

Tantangan pendidikan tinggi hari ini tidak hanya soal kualitas akademik, tetapi juga soal daya tahan lembaga dalam menghadapi kompetisi dan tuntutan efisiensi.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |