jatim.jpnn.com, SIDOARJO - Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat A Muhaimin Iskandar sekaligus Ketua Satgas Penataan Pembangunan Pesantren (SPPP) menyatakan santri dan santriwati harus memiliki satu keahlihan yang nanti bisa digunakan ketika lulus.
Keahlian itu diperlukan agar lulusan pondok pesantren memiliki kesiapan mandiri untuk bertahan hidup.
“Selain mendapatkan akademik dan ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum juga harus ditambah skill capacity building untuk menjadi siswa atau santri-santri dengan kesiapan mandiri. Apakah menjadi tenaga kerja yang skill-nya terpenuhi atau menjadi pengusaha yang memang dirintis dengan baik sejak awal,” kata Cak Imin seusai Ground Breaking Ponpes Al Khoziny, Kamis (11/12).
Maka dari itu, untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kurikulum yang komperhensif. Kedepan, Cak Imin berencana menambahkan pembelajaran pemberdayaan.
“Kami sudah memasukkan cara pandang pemberdayaan di dalam kurikulum pesantren agar memasukkan aspek-aspek pembekalan pemberdayaan untuk mandiri ketika lulus dari pesantren atau sekolah,” jelasnya.
Di sisi lain, Cak Imin menjelaskan pembangunan ulang Ponpes Al Khoziny ini sebagai upaya untuk menghadirkan pendidikan yang aman dan nyaman bagi santri dan santriwati.
“Ini menjadi momentum kami untuk muhasabah, evaluasi, kegotongroyongan dan kebersamaan dalam upaya mewujudkan sistem pendidikan yang utuh, menyeluruh, termasuk menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai buat para santri-santri kami,” katanya.
Cak Imin menceritakan, sejak ada insiden ini, Presiden Prabowo memerintahkanya untuk melakukan langkah pencegahan agar kejadian itu tidak terulang.








































