bali.jpnn.com, DENPASAR - Perbankan di Bali masih hati-hati menyalurkan kredit karena dipicu ketidakpastian ekonomi setelah terkena dampak pandemi.
Menurut Pengamat Ekonomi Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana kondisi ini dipicu risiko kredit yang meningkat di beberapa sektor.
“Permintaan kredit di sektor produktif juga belum pulih optimal,” ujar Prof Ida Bagus Raka Suardana dilansir dari Antara.
Prof Ida Bagus Raka Suardana mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang terus meningkat tanpa diimbangi oleh penyaluran kredit yang sebanding, mencerminkan masih belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan.
Kondisi itu menjadi tantangan sekaligus peluang bagi perbankan di Bali untuk mendorong penyaluran kredit secara selektif, tetapi lebih agresif.
Terutama pada sektor-sektor yang memiliki potensi tinggi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
Sektor yang potensial itu, yakni kucuran kredit untuk pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
“Bank perlu menyeimbangkan antara manajemen risiko dan kontribusi terhadap pemulihan ekonomi melalui intermediasi yang sehat dan berkualitas,” kata Prof Ida Bagus Raka Suardana.