bali.jpnn.com, DENPASAR - Pembangunan Floating Storage Regasification Unit (FSRU) LNG di kawasan Sidakarya, Denpasar, Bali masih memicu polemik.
Berdasar hasil analisis Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), proyek yang menjadi bagian dari transisi energi nasional ini berada di kawasan konservasi Tahura Ngurah Rai yang memiliki fungsi ekologis, spiritual, dan sosial.
“Kami telah melakukan analisis dan menemukan banyak kelemahan dalam ANDAL FSRU LNG yang akan dibangun di kawasan Denpasar,” ujar Ketua LMND Bali I Made Dirgayusa.
Menurutnya, berdasar analisis ekologi dan keanekaragaman hayati, Tahura Ngurah Rai memiliki stok karbon 1.023 MgC/ha yang penting dalam menyerap emisi gas rumah kaca.
Kehilangan 1-2 ha mangrove setara dengan pelepasan ribuan ton karbondioksida.
Ekosistem ini juga berfungsi sebagai nursery ground bagi 78 persen larva ikan ekonomis serta menjadi habitat bagi Elang Bondol (Haliastur indus) dengan populasi kurang dari 25 ekor dan Gajahan Eurasia (Numenius arquata) sebagai spesies yang terancam punah dan dilindungi undang-undang.
I Made Dirgayusa mengatakan Pengerukan 3,3 juta meter kubik sedimen diperkirakan dapat meningkatkan TSS hingga 120 mg/L, mengancam terumbu karang serta Lamun sebagai sumber pakan penyu.
Pembangunan FSRU LNG juga berdampak secara sosial ekonomi terhadap nelayan dan pariwisata.