jpnn.com, SEMARANG - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Tengah (PHRI Jateng) mencatat okupansi anjlok hingga 20 persen akibat efisiensi anggaran sejak awal 2025.
Ketua PHRI Jateng Heru Isnawan menyatakan okupansi hotel minimal harus berada di angka 50 persen agar operasional bisnis tetap berjalan sehat.
Namun, fakta tak seperti itu. Heru menyebut hotel-hotel di Jateng terancam kolaps dengan melihat hunian 20 persen yang tergolong titik kritis.
“Hotel tidak bisa hidup dengan tingkat hunian 20 persen. Minimal 50 persen okupansi agar operasional tetap sehat,” kata Heru, Kamis (15/5).
Sepanjang empat bulan terakhir pun nyaris tidak ada kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang berasal dari belanja pemerintah.
Menurut Heru, pelaku industri perhotelan sebenarnya mendukung kebijakan pemangkasan anggaran kegiatan pemerintah hingga 50 persen. Namun, dia berharap agar sisa 50 persen anggaran belanja segera dicairkan.
"Efisiensi 50 persen kami pahami, tetapi 50 persen sisanya diharapkan segera dicairkan agar kegiatan tetap berputar," kata Heru.
Menurutnya, penghentian total belanja dari pemerintah berdampak besar terhadap kelangsungan bisnis hotel, terutama di daerah.